Pages

Selasa, 17 Maret 2015

Rangkuman Tata Nama Senyawa

1.   Tata Nama Senyawa Anorganik
a.   Tata Nama Senyawa Biner
      Senyawa Biner adalah senyawa yang dibentuk dari dua unsur, yang berasal dari satu unsur logam dan satu unsur nonlogam atau dari dua unsur nonlogam.
1)   Tata Nama Senyawa Biner Logam dengan Nonlogam
a. Logam yang mempunyai satu bilangan oksidasi (alkali, alkali tanah, dan aluminium). Penamaanya dengan menyebutkan nama logam di depan dan kemudian nama nonlogam diikuti akhiran –ida.
Logam + Nonlogam –ida
Contoh:
·         NaBr    = Natrium Bromida
·         MgBr2 = Magnesium Bromida
·         Na2O   = Natrium Oksida
·         CaS       = Kalsium Sulfida
·         K2O      = Kalium Oksida
b.  Logam yang mempunyai lebih dari 1 bilangan oksidasi, penulisan nama logam di depan disertai menuliskan bilangan oksidasi dengan angka Romawi dalam tanda kurung dan nama nonlogam di belakang diakhiri dengan akhiran –ida.
Logam + (bilangan oksidasi logam) + nonlogam –ida
Contoh:
·         CuCI    = Tembaga (I) Klorida
·         SnO        = Timah (II) Oksida
·         CuCI2     = Tembaga (II) Klorida
·         SnO2          = Timah (IV) Oksida
Senyawa-senyawa yang dihasilkan tersebut berupa senyawa ion karena terbentuk dari atom yang bermuatan positif dan negatif, dengan cara serah terima elektron.
Contoh: Kalsium Klorida (CaCI2) terbentuk dari ion Ca2+ dan CI- , natrium oksida (Na2O), terbentuk dari ion Nadan O2-.
Cara lain menuliskan persamaan unsur logam yang memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu yaitu sebagai berikut:
(1)     Unsur logam dengan bilangan oksidasi kecil ditulis dengan akhiran –o.
(2)     Unsur logam dengan bilangan oksidasi besar ditulis dengan akhiran –i.
Contoh:
·         FeCI2   = Fero Klorida             (Bilangan oksidasi Fe = +2 => lebih kecil)
·         FeCI3   = Feri Klorida               (Bilangan oksidasi Fe = +3 => lebih besar)
·         CuCI    = Kupro Klorida           (Bilangan oksidasi Cu = +1 => lebih kecil)
·         CuCI2     = Kupri Klorida            (Bilangan oksidasi Cu = +2 => lebih besar)
2)   Tata Nama Senyawa Biner Nonlogam dengan Nonlogam
a.  Atom yang cenderung bermuatan positif diletakkan didepan, sedangkan atom yang cenderung bermuatan negatif diletakkan dibelakang dengan urutan berikut ini:
B – Si – C – Sb – As – P – N – H – Te – Se – S – I – Br – CI – O – F
Contoh:
Amonia               =       NH3 bukan H3N
Air                        =        H2O bukan OH2
b. Senyawa dari dua jenis unsur nonlogam diberi nama kedua unsur yang bersangkutan, diberi akhiran –ida.
(1) Atom nonlogam yang hanya membentuk satu senyawa dengan atom lain, maka atom yang cenderung bermuatan posifit diletakkan di depan dan atom yang cenderung bermuatan negatif diletakkan di belakang dengan akhiran –ida.
Nonlogam (+) + nonlogam (-) –ida­
 Contoh:
·         H2S                   =              Hidrogen Sulfida
·         HBr                   =              Hidrogen Bromida
·         HCI                   =              Hidrogen Klorida
(2) Pasangan atom yang bersenyawa membentuk lebih dari satu jenis senyawa diberi nama dengan menyatakan jumlah atom tiap unsur dan diakhiri dengan –ida. Angka indeks dalam bahasa Yunani yaitu:
1 = Mono                   3 = Tri               5 = Penta                7 = Hepta
2 = Di                         4 = Tetra           6 = Heksa               8 = Okta
Jumlah atom – nonlogam + jumlah atom – nonlogam –ida
 Namun, bila indeks 1 dimiliki unsur pertama, maka angka indeks tidak perlu disebutkan.
Contoh:
·         NO    =    Nitrogen Oksida
·         CCI4  =        Karbon Tetraklorida
·         NO2  =    Nitrogen Dioksida
·         SO3   =        Belerang Trioksida
·         N2O5  =    Dinitrogen Pentaoksida
·         CI2O7   =        Dikloro Heptaoksida
(3)           Untuk senyawa-senyawa yang sudah umum dikenal tidak perlu menggunakan aturan tersebut.
Contoh:
·         NH3   =    Amonia
·         HO   =    Air